Pages

Recent Post

Slider

Fashion

Sekoci Bocor


Maling…maling...”, orang-orang berlarian mengejar seorang berjaket jeans kusam dan celana robek robek dengan topi diatas kepalanya, sehingga wajahnya pun hampir tak kelihatan karena tertutup oleh topinya.
            Orang itu terus berlari tanpa lelah, tetapi orang orang di belakangnya juga tak kalah semangat untuk mengejarnya bagaikan segerombolan anjing yang mengejar kucing kampung yang hampir sekarat. Setibanya di tikungan pasar, laki-laki itu melihat gerobak sampah yang sangat kotor dan penuh sampah. Mungkin hanya Tikus dan hewan hewan hinalah yang mau berada di situ. Sejurus kemudian Ia pun langsung melompat ke dalam gerobak sampah itu dan menutupi tubuhnya dengan sampah-sampah itu. Gila juga idenya, tapi gara-gara ide gila itu Dia pun selamat dari kejaran-kejaran Anjing Anjing haus darah itu.
            Setelah merasa aman, laki-laki itupun keluar dari tempat persembunyiannya sambil berkata, “Sialan, nyolong duit cepek aja sampai masuk tempat sial beginian.Tapi tak apalah, berkat sampah-sampah tadi aku bisa selamat”.
            Tak lama dia keluar, ada yang memanggil namanya,”Drun Badrun…. Badrun kan ?nang ndi ae kon?”. Laki laki lusuh itupun melihat orang yang meneriakinya dari belakang, diapun menyipit-nyipitkan matanya sampai-sampai terlihat seperti terpejam. Dia ingat ingat wajah itu, pemuda tersebut berpakaian rapi mengenakan peci di atas rambutnya yang hitam bergelombang dengan hidung mancung khas orang timur tengan. Umurnya pun sama dengan Badrun sekitar 20 tahun-an. Tetapi dengan pakaian seperti itu dia terlihat terlebih muda dan segar, berbeda dengan Badrun yangsudah satu minggu nggak terkena air. Seperti kucing aja yang takut air.
            Setelah Badrun mengamati pria tadi, iapun mendekat.Ingatannya pun kembali ke masa lalu dan langsung merangkul pria tadi.“Syarif… apakah ini kau? Sial kau ini,semakin ganteng saja kau. Kemana saja kau selama ini? Sejak lulus SMP kau tak pernah memberi kabar padaku Rief?”
Sorry sorry, selama ini Aku tidak di kota ini lagi Drun. Aku selama ini berada di Jombang, nyantri di sana.”
” Gimana koen iki? Apakah kota kita ini yang dijuluki kota pelajar-nya jawa timur ini masih kurang buat kamu pelajari, Rief?”
 “ Bukan begitu Drun. Aku tahu itu, Kota Malang tercinta ini tetap di hati, tapi aku ingin mendalami ilmu agamaku lebih luas lagi, Drun. Makanya aku pindah ke Jombang.”
”Memang benar disana katanya emang Kota Beriman. Tapi ada ada saja yang dilakukan sama warganya yang merusak nama Jombang Beriman, seperti halnya Ryan, Ponari, dll,” salut badrun
“Oiya Drun, setelah Pean lulus SMP, pean ngapain aja? Keliatannya kok uripe pean jadi bebas gitu?” tanya Syarif dengan nada hati-hati
” Yaah begitu lah Rief. Anak anak muda selama bisa menikmati, tidak salah juga kita menikmatinya.”
gag salah juga, drun. Yang penting itu, bagaimana Pean menikmati dunia ini dengan cara bagaimana-pun, asalkan tidak menggangu dan menyusahkan orang lain . Itu sih sah sah aja, tapi jangan sampai cara kamu buat untuk menikmati dunia itu mecelakakan orang lain. Oh iya drun, Aku lagi buru buru nih, mau ke pasar Dinoyo, soalnya Ibuku sedang nunggu belanjaan di rumah. Kalau kamu nggak apa apa atau butuh bantuanku, datang saja ke rumah ya…”
” siip..” sahut Badrun dengan mengacungkan dua jempolnya. Dan Arief pun berlalu meninggalkan Badrun yang masih terngiang akan pesan pesan Ariefyang notabene mengenai hati terdalam nya. Dan anehnya Badrun pun membenarkan perkataan Arief yang kebalikannya ia selalu lakukan, ”asal cara Kamu menikmati dunia itu tidak merugikan orang lain, itu sah sah saja tetapi apabila cara yang Kamu lakukan itu merugikan orang lain itu tidak benar. Karena sesungguhnya itu bukanlah kenikmatan yang hakiki,” Kata kata itulah yang terngiang di telinganya sampai menuntutnya pulang kerumah.
            Sesampainya di rumah, Ia bertemu dengan kedua orang tuanya dan kakak laki laki yang selalu memperlakukan tidak manusiawi. Serta adiknya yang cantik yang masih berumur 9 tahun yang sangat ia sayangi.
            nang ndi ae kon, drun?seminggu ra muleh. Mari nyolong nang ndi?, mendem nang ndi?” Kata kata itulah yang selalu terucap dari mulut kakak sulungnya itu. “awakmu nang ndi Le? Ibuk kuatir banget.Barangkali awakmu loro toh kenek opo opo le!!!”Tanya ibu dengan sangat halus. ”Halah Buk,Buk, bocah ora tau terima kasih, aibe keluarga ae kok di khawatirkan, ben no wae  biar dimakan anjing!!”. Bapaknya Badrun pun ikut komentar. Benar benar sial banget nasib Badrun, kepulangannya bukan di sambut dengan bahagia, malah di caci maki, bagaikan kotoran saja. yo ojo ngunu tho pak, pak, ngene ngene yo awakmu!!”
 “ Aku ra nduwe anak dapurane koyo ngunu. Luwih apik ndang minggat ae, biar tidak bikin malu keluarga”.Kali ini Bapaknya Badrun benar benar marah sekali.“Mas Badrun minumnya”. “terima kasih Aisyah, kamu cantik banget,” Puji Badrun pada adiknya itu.
            “wes, awakmu nek wes gag perlu opo opo, ndang minggat kono lho!!” bentak Tono, kakak sulung Badrun. “yo mas, aku tak metu tapi sedurunge aku mingat, aku pengen ngerti wajahe ibuk karo Aisyah,” Setelah itu Badrun pun meninggalkan ayah dan kakaknya di ruang tamu sambil melotot dan mengunyah ngunyah mulutnya.Andaikan didepannya ada bola yang ada fotonya Badrun, pasti sudah di kunyah habis bola sekaligus foto fotonya si Badrun.Sesampainya di kamar, bu Siti pun bertanya.“ kenopo tho le..ojo minggat le! Nanti yang nemeni Ibuk siapa? Ibuk gag iso kelangan awakmu le.”
“ kan masih ada Aisyah buk. Aisyah,,Aisyah,,”. Panggil badrun. “ Dek , Pean  harus jaga ibu, yo,,,pean  harus jadi cewek  pinter yo,,yang kuat, pinter ngaji, jangan seperti kakanya,” Pinta Badrun.“ kenapa kak? Memangnya kakak mau kemana?”tanya Aisyah. “ kakak mau pergi sebentar, mungkin 1-2 mingguan dek, makanya kamu harus jaga ibuk ya,,,”
 “ siap kak!” jawab Aisyah dengan suara kecilnya. Dan suara itupun membuat Ibunda Bandrun menangis , dan tanpa terasa Badrun juga mengalirkan air mata. “ sudah bu, saya pamit dulu. Pak, Mas, aku pamit. Assalamualaikum,” ucap Badrun seraya meninggalkan ibunya yang matanya masih berlinangan air mata itu. “hati hati ya, le.” Itulah kata kata terakhir yang terucap dari mulut ibunya.
Hari itu adalah hari yang berat bagi Badrun. Teman satu satunya hanyalah dengan meminum minuman keras.Dengan langkah gontai, Badrun pun berjalan menyusurijalan jalan di sekitar UNMU dan UNISMA. Sampai akhirnya Ia melihat cahaya yang sangat besar. rupanya sedang ada hajatan dari si pemilik rumah itu.Disitu ada dua orang yang berdiri di hadapan orang banyak. Lelaki paruh baya itu berwajah halus dan memiliki aura yang sangat cerah. Lalu badrun pun berjalan menuju hajatan itu, seraya berkata. “hei pria tua, jangan banyak bicara!. Hidup ini lebih kejam dari pada apa yang kamu katakan itu!!!,” Serentak kemudian orang orang yang berada di majlis itu memegang Badrun dan ingin mengusirnya dari situ. “wahai anak muda, siapa namamu?” Tanya pria di atas mimbar itu. “namaku Badrun Bin Siti Sholihah,”Orang orang di sekitarnya pun tersentak, dan ada yang tertawa heran, karna Badrun mengucapkan namanya bukan di sertai nama ayahnya, tetapi nama ibunya.
Dikarenakan rasa benci terhadap Ayah dan Kakaknya, tak lama kemudian Badrun pun pingsan dan terjatuh di atas jalan yang dilapisi karpet. Keesokan harinya, Badrun pun sadar. Dia kaget karena dia berada didalam kamar yang berukuran cukup luas. Kira kira berukuran kira kira 15 meter. Tak lama kemudian, ia pun teringat kejadian tadi malam. Dan ia pun keluar dari kamar tersebut.
            “kamu sudah bangun?” Tanya ibu yang berumur sekitar 45 tahun itu.“ aku dimana, bu?”. “ kamu sekarang berada di rumahku, kamu kemarin pingsan. Jadi kamu dibawa kemari.Oh iya, nanti kamu mandi, setelah mandi kamu sarapan ya.Tadi sudah ibu siapkan di meja makan.” Melihat kebaikan ibu tadi, Ia tidak tega rasanya untuk tidak mengiyakan perkataan ibu itu.
            “Oh iya nak, setelah itu Kamu ditunggu sama Pak Kyai Romli di Taman belakang sebelah kirinya Kolam ikan ya. Beliau sangat ingin berbicara dengan Kamu,” Badrun hanya mampu mengangguk saja.
            Setelah Badrun melakukan apa saja yang ibu Rahmah perintah tadi, Badrun pun menemuai Pak Kyai Romli. “assalamu’alaikum,” Salam Badrun. “ wa’alaikumsalam, sini nak,” Pinta Kyai Romli. “apa yang sebenarnya terjadi padamu? Coba ceritakan barangkali Bapak bisa bantu!!.” Pertama Badrun tidak ingin bercerita, tetapi setelah di ajak oleh Pak Kyai untuk berbicara, lama kelamaan Badrun pun menuturkan perjalanan kisah hidupnya. Mulai dari perjalanannya sampai keluarganya. Badrun merasa sangat nyaman berbicara dengan Kyai Romli.
            “Jadi karena itulah Kamu menjadi seperti ini? Apakah Kamu ingin ikut bersamaku Dek? Bersamaku pulang ke Jombang?”. Badrun pun mendengar nama kota itu lagi. Tetapi kali ini hatinya bergetar mendengarnya. Dan seperti ada yang berbisik kepadanya, “carilah jalan yang benar,” Begitu suara hatinya. “apakah kamu mau, dek Badrun?” Pak Kyai Romli pun menanyakannya sekali lagi, tanpa terasa kepala Badrun seakan ditarik ke atas dan kebawah, sehingga Ia menganggukkan kepalanya.
XXXXX

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.