Pages

Recent Post

Slider

Fashion

Sekoci Bocor


Maling…maling...”, orang-orang berlarian mengejar seorang berjaket jeans kusam dan celana robek robek dengan topi diatas kepalanya, sehingga wajahnya pun hampir tak kelihatan karena tertutup oleh topinya.
            Orang itu terus berlari tanpa lelah, tetapi orang orang di belakangnya juga tak kalah semangat untuk mengejarnya bagaikan segerombolan anjing yang mengejar kucing kampung yang hampir sekarat. Setibanya di tikungan pasar, laki-laki itu melihat gerobak sampah yang sangat kotor dan penuh sampah. Mungkin hanya Tikus dan hewan hewan hinalah yang mau berada di situ. Sejurus kemudian Ia pun langsung melompat ke dalam gerobak sampah itu dan menutupi tubuhnya dengan sampah-sampah itu. Gila juga idenya, tapi gara-gara ide gila itu Dia pun selamat dari kejaran-kejaran Anjing Anjing haus darah itu.
            Setelah merasa aman, laki-laki itupun keluar dari tempat persembunyiannya sambil berkata, “Sialan, nyolong duit cepek aja sampai masuk tempat sial beginian.Tapi tak apalah, berkat sampah-sampah tadi aku bisa selamat”.
            Tak lama dia keluar, ada yang memanggil namanya,”Drun Badrun…. Badrun kan ?nang ndi ae kon?”. Laki laki lusuh itupun melihat orang yang meneriakinya dari belakang, diapun menyipit-nyipitkan matanya sampai-sampai terlihat seperti terpejam. Dia ingat ingat wajah itu, pemuda tersebut berpakaian rapi mengenakan peci di atas rambutnya yang hitam bergelombang dengan hidung mancung khas orang timur tengan. Umurnya pun sama dengan Badrun sekitar 20 tahun-an. Tetapi dengan pakaian seperti itu dia terlihat terlebih muda dan segar, berbeda dengan Badrun yangsudah satu minggu nggak terkena air. Seperti kucing aja yang takut air.
            Setelah Badrun mengamati pria tadi, iapun mendekat.Ingatannya pun kembali ke masa lalu dan langsung merangkul pria tadi.“Syarif… apakah ini kau? Sial kau ini,semakin ganteng saja kau. Kemana saja kau selama ini? Sejak lulus SMP kau tak pernah memberi kabar padaku Rief?”
Sorry sorry, selama ini Aku tidak di kota ini lagi Drun. Aku selama ini berada di Jombang, nyantri di sana.”
” Gimana koen iki? Apakah kota kita ini yang dijuluki kota pelajar-nya jawa timur ini masih kurang buat kamu pelajari, Rief?”
 “ Bukan begitu Drun. Aku tahu itu, Kota Malang tercinta ini tetap di hati, tapi aku ingin mendalami ilmu agamaku lebih luas lagi, Drun. Makanya aku pindah ke Jombang.”
”Memang benar disana katanya emang Kota Beriman. Tapi ada ada saja yang dilakukan sama warganya yang merusak nama Jombang Beriman, seperti halnya Ryan, Ponari, dll,” salut badrun
“Oiya Drun, setelah Pean lulus SMP, pean ngapain aja? Keliatannya kok uripe pean jadi bebas gitu?” tanya Syarif dengan nada hati-hati
” Yaah begitu lah Rief. Anak anak muda selama bisa menikmati, tidak salah juga kita menikmatinya.”
gag salah juga, drun. Yang penting itu, bagaimana Pean menikmati dunia ini dengan cara bagaimana-pun, asalkan tidak menggangu dan menyusahkan orang lain . Itu sih sah sah aja, tapi jangan sampai cara kamu buat untuk menikmati dunia itu mecelakakan orang lain. Oh iya drun, Aku lagi buru buru nih, mau ke pasar Dinoyo, soalnya Ibuku sedang nunggu belanjaan di rumah. Kalau kamu nggak apa apa atau butuh bantuanku, datang saja ke rumah ya…”
” siip..” sahut Badrun dengan mengacungkan dua jempolnya. Dan Arief pun berlalu meninggalkan Badrun yang masih terngiang akan pesan pesan Ariefyang notabene mengenai hati terdalam nya. Dan anehnya Badrun pun membenarkan perkataan Arief yang kebalikannya ia selalu lakukan, ”asal cara Kamu menikmati dunia itu tidak merugikan orang lain, itu sah sah saja tetapi apabila cara yang Kamu lakukan itu merugikan orang lain itu tidak benar. Karena sesungguhnya itu bukanlah kenikmatan yang hakiki,” Kata kata itulah yang terngiang di telinganya sampai menuntutnya pulang kerumah.
            Sesampainya di rumah, Ia bertemu dengan kedua orang tuanya dan kakak laki laki yang selalu memperlakukan tidak manusiawi. Serta adiknya yang cantik yang masih berumur 9 tahun yang sangat ia sayangi.
            nang ndi ae kon, drun?seminggu ra muleh. Mari nyolong nang ndi?, mendem nang ndi?” Kata kata itulah yang selalu terucap dari mulut kakak sulungnya itu. “awakmu nang ndi Le? Ibuk kuatir banget.Barangkali awakmu loro toh kenek opo opo le!!!”Tanya ibu dengan sangat halus. ”Halah Buk,Buk, bocah ora tau terima kasih, aibe keluarga ae kok di khawatirkan, ben no wae  biar dimakan anjing!!”. Bapaknya Badrun pun ikut komentar. Benar benar sial banget nasib Badrun, kepulangannya bukan di sambut dengan bahagia, malah di caci maki, bagaikan kotoran saja. yo ojo ngunu tho pak, pak, ngene ngene yo awakmu!!”
 “ Aku ra nduwe anak dapurane koyo ngunu. Luwih apik ndang minggat ae, biar tidak bikin malu keluarga”.Kali ini Bapaknya Badrun benar benar marah sekali.“Mas Badrun minumnya”. “terima kasih Aisyah, kamu cantik banget,” Puji Badrun pada adiknya itu.
            “wes, awakmu nek wes gag perlu opo opo, ndang minggat kono lho!!” bentak Tono, kakak sulung Badrun. “yo mas, aku tak metu tapi sedurunge aku mingat, aku pengen ngerti wajahe ibuk karo Aisyah,” Setelah itu Badrun pun meninggalkan ayah dan kakaknya di ruang tamu sambil melotot dan mengunyah ngunyah mulutnya.Andaikan didepannya ada bola yang ada fotonya Badrun, pasti sudah di kunyah habis bola sekaligus foto fotonya si Badrun.Sesampainya di kamar, bu Siti pun bertanya.“ kenopo tho le..ojo minggat le! Nanti yang nemeni Ibuk siapa? Ibuk gag iso kelangan awakmu le.”
“ kan masih ada Aisyah buk. Aisyah,,Aisyah,,”. Panggil badrun. “ Dek , Pean  harus jaga ibu, yo,,,pean  harus jadi cewek  pinter yo,,yang kuat, pinter ngaji, jangan seperti kakanya,” Pinta Badrun.“ kenapa kak? Memangnya kakak mau kemana?”tanya Aisyah. “ kakak mau pergi sebentar, mungkin 1-2 mingguan dek, makanya kamu harus jaga ibuk ya,,,”
 “ siap kak!” jawab Aisyah dengan suara kecilnya. Dan suara itupun membuat Ibunda Bandrun menangis , dan tanpa terasa Badrun juga mengalirkan air mata. “ sudah bu, saya pamit dulu. Pak, Mas, aku pamit. Assalamualaikum,” ucap Badrun seraya meninggalkan ibunya yang matanya masih berlinangan air mata itu. “hati hati ya, le.” Itulah kata kata terakhir yang terucap dari mulut ibunya.
Hari itu adalah hari yang berat bagi Badrun. Teman satu satunya hanyalah dengan meminum minuman keras.Dengan langkah gontai, Badrun pun berjalan menyusurijalan jalan di sekitar UNMU dan UNISMA. Sampai akhirnya Ia melihat cahaya yang sangat besar. rupanya sedang ada hajatan dari si pemilik rumah itu.Disitu ada dua orang yang berdiri di hadapan orang banyak. Lelaki paruh baya itu berwajah halus dan memiliki aura yang sangat cerah. Lalu badrun pun berjalan menuju hajatan itu, seraya berkata. “hei pria tua, jangan banyak bicara!. Hidup ini lebih kejam dari pada apa yang kamu katakan itu!!!,” Serentak kemudian orang orang yang berada di majlis itu memegang Badrun dan ingin mengusirnya dari situ. “wahai anak muda, siapa namamu?” Tanya pria di atas mimbar itu. “namaku Badrun Bin Siti Sholihah,”Orang orang di sekitarnya pun tersentak, dan ada yang tertawa heran, karna Badrun mengucapkan namanya bukan di sertai nama ayahnya, tetapi nama ibunya.
Dikarenakan rasa benci terhadap Ayah dan Kakaknya, tak lama kemudian Badrun pun pingsan dan terjatuh di atas jalan yang dilapisi karpet. Keesokan harinya, Badrun pun sadar. Dia kaget karena dia berada didalam kamar yang berukuran cukup luas. Kira kira berukuran kira kira 15 meter. Tak lama kemudian, ia pun teringat kejadian tadi malam. Dan ia pun keluar dari kamar tersebut.
            “kamu sudah bangun?” Tanya ibu yang berumur sekitar 45 tahun itu.“ aku dimana, bu?”. “ kamu sekarang berada di rumahku, kamu kemarin pingsan. Jadi kamu dibawa kemari.Oh iya, nanti kamu mandi, setelah mandi kamu sarapan ya.Tadi sudah ibu siapkan di meja makan.” Melihat kebaikan ibu tadi, Ia tidak tega rasanya untuk tidak mengiyakan perkataan ibu itu.
            “Oh iya nak, setelah itu Kamu ditunggu sama Pak Kyai Romli di Taman belakang sebelah kirinya Kolam ikan ya. Beliau sangat ingin berbicara dengan Kamu,” Badrun hanya mampu mengangguk saja.
            Setelah Badrun melakukan apa saja yang ibu Rahmah perintah tadi, Badrun pun menemuai Pak Kyai Romli. “assalamu’alaikum,” Salam Badrun. “ wa’alaikumsalam, sini nak,” Pinta Kyai Romli. “apa yang sebenarnya terjadi padamu? Coba ceritakan barangkali Bapak bisa bantu!!.” Pertama Badrun tidak ingin bercerita, tetapi setelah di ajak oleh Pak Kyai untuk berbicara, lama kelamaan Badrun pun menuturkan perjalanan kisah hidupnya. Mulai dari perjalanannya sampai keluarganya. Badrun merasa sangat nyaman berbicara dengan Kyai Romli.
            “Jadi karena itulah Kamu menjadi seperti ini? Apakah Kamu ingin ikut bersamaku Dek? Bersamaku pulang ke Jombang?”. Badrun pun mendengar nama kota itu lagi. Tetapi kali ini hatinya bergetar mendengarnya. Dan seperti ada yang berbisik kepadanya, “carilah jalan yang benar,” Begitu suara hatinya. “apakah kamu mau, dek Badrun?” Pak Kyai Romli pun menanyakannya sekali lagi, tanpa terasa kepala Badrun seakan ditarik ke atas dan kebawah, sehingga Ia menganggukkan kepalanya.
XXXXX
READ MORE - Sekoci Bocor

Kotak Amal

Pojok Gus Dur, ruang peninggalan almarhum Gus Dur berisi beragam keleksi mantan Presiden RI ke-4, dikunjungi banyak orang dari pelbagai kalangan.
Dari Wakil Presiden Boediono, sastrawan Danarto, Gus Mus, hingga pengurus NU tingkat ranting, pernah berkunjung di sana.
Dari orang yang mengenakan jas lengkap dengan dasi, hingga orang bersarung yang bersandal jepit, pernah tengok-tengok buku-buku yang tersimpan di sana.
Suatu hari, rombongan NU dari Tasikmalaya datang ke PBNU. Selain ketemu pengurus besar, mereka juga dengan riang mengunjungi Pojok Gus Dur yang ada di lantai satu.
“Mana bolongannya? Kotak amal kok gak ada bolongannya?” tiba-tiba lelaki setengah baya bertanya, setengah teriak.
“Itu bukan kotak amal, Pak? Moso Gus Dur dijadikan nama kotak amal? Kata anak muda yang nungguin Pojok Gus Dur. Duit berwarna biru dari pengurus NU Tasikmalaya masuk kantong lagi.
READ MORE - Kotak Amal

Maktabah Syamilah


Kitab kuning yang berupa Software ini bernama "Al-Maktabah al-Syamilah", Al-Ishdar 2 (Pustaka Lengkap, Versi 2), terdiri dari 1800 kitab yang dikelompokkan dalam 29 bidang. Software ini diterbitkan oleh jaringan Da'wah Islamiyah al-Misykat.
Kitab yang selama ini mungkin hanya dinikmati melalui tulisan di kertas, baik di kertas kuning (sehinggah disebut kitab kuning) maupun di kertas putih, memerlukan usaha tersendiri untuk memilikinya, harganya yang cukup mahal, tempatnya yang harus disediakan khusus, perawatannya agar tidak dirusak oleh serangga, jamur, udara lembab, dan lain-lain. Dengan menginstall software ini, diharapkan masalah tersebut bisa teratasi.
Kitab berupa Program komputer ini gratis, tidak perlu membelinya, tidak perlu menyediakan ruangan besar untuk menampung ribuan kitab yang masing-masing bisa jadi terdiri dari puluhan juz. Kitab model ini tidak akan rusak oleh gangguan diatas, bahkan bila rusak komputernya atau rusak programnyapun, maka cukup dicopykan ulang saja dari program aslinya, Insya Allah akan bisa dinikmati kembali dengan mudah.
Software ini sangat cocok untuk para Asatidz, para Kiai, pengkaji Islam, dosen Islam, perpustakaan dan pondok-pondok pesantren. Perlu diketahui bahwa software ini berisi kitab turath Islami yang sesuai dengan faham Ahlussunnah wal Jamaah dalam berbagai versi.
Pesantren Virtual telah mendapatkan izin langsung dari Jaringan al-Misykat untuk ikut mendistribusikan software tersebut kepada kaum muslimin, pesantren-pesantren, madrasah dan lembaga-lembaga Islam yang memerlukan software tersebut secara gratis.

Daftar Bidang Ilmu dan Jumlah Kitab di Dalamnya


Software ini memuat berbagai kitab dalam berbagai bidang
  1. Di bidang tafsir (52 kitab) meliputi Tafsir Thabari, Ibnu Katsir, Al-Baghawi, Al-Alusi, Al-Bahr, Fathul Qadir, Ad-Durrul Mantsur, Jalalain, Al-Khazin, Az-Zamakhsyari, Ibnu Abdis Salam, Sayyid Thanthawi, Adh-Dhilal, Al-Qusyairi, dll.
  2. Dalam bidang Ulumul Qur'an (43 kitab), meliputi I'rabul Qur'an, Asbabu Nuzulil Qur'an, Al-Itqan, Misykatul anwar, Fadlailul Qur'an, Majazul Qur'an, Lubabun Nuzul, At-Tibyan, Asbabun Nuzul, Ahkamul Qur'an lisy Sayfi'iy, Ahkamul Qur'an li Ibni Arabiy, dll
  3. Dalam bidang Fiqih, kitab di lingkungan 4 madzhab diletakkan terpisah. Untuk Madzhab Imam Syafi'y, 19 kitab yang tersedia adalah Al-Umm, I'anatuh Thalibin, Fathul Wahhab, Fathul Mu'in, Asnal Mathalib, Al-Majmu', Raudlatuth Thalibin, Hasyiah Qalyubi wa Umairah, Mughnil Muhtaj, Nihayatul Muhtaj, Hasyiah Bujairimi alal Khatib, Hasyiah Bujairimi alal Minhaj, dll.
  4. Dalam madzhab Imam Maliki (14 kitab), Asy-Syarhul Kabir, Bidayatul Mujtahid, Mukhtashar Khalil, At-Taju wal Iklil, Mawahibul Jalil, Hasyiyah Ad-Dasuqi alasy Syarhil Kabir, dll. Dalam Madzhab Imam Hanafi terdapat 17 kitab, dan Madzhab Imam Maliki terdapat 14 kitab.
  5. Dalam bidang Tasawuf, / Akhlak terdapat Ihya Ulumiddin, Riyadlush Shalihin, Al-Kabair, Al-Futuhatul Makiyyah, Qutul Qulub, Al-Risalatul Qusyairiyyah, Al-Adzkar, dll.
  6. Klasifikasi umum memuat kitab Tafsirul Ahlam, Ta'tirul Anam fi Tafsiril Ahlam, Mausu'ah Tafsiril Ahlam, Mafahimul Islamiyyah, Al-Jam'iyyatul Khairiyyah li Tahfidhil Qur'anil Karim, Jam'ul Qur'anil Karim fi 'Ahdi Khulafair Rasyidin, dll.
  7. Ushul Fiqh, Mushtalah Hadits, dan berbagai bidang lainnya hingga 29 kelompok dengan total 1800 kitab. 

Berikut langkah-langkahnya (pada Windows XP) :
  • Siapkan CD Windows XP, untuk menginstall file driver yg diperlukan nanti.
  • Mengaktifkan mode keyboard Arabic (pada keyboard biasa / English-US), masuk ke Control Panel -> Regional and Language Options -> klik tab Languages -> lalu “Contreng” pada Install Files and Right-to-left Languages (kyk pemilu aje “contreng”) :P 
  • Mengaktifkan non-Unicode Program untuk menampilkan menu dan dialog dalam program dalam bahasa aslinya. Caranya pindah ke tab Advanced -> Pilih Arabic (Saudi Arabia). Ini dia step yang kurang itu. Hehehe.
  • Tekan OK deh.
Jadi saya install ulang lagi tuh Maktabah Syaamilah-nya, tapi versi yg mini aja. Download dulu program Mini Syamilah di sini .
Kemudian download buku yang di-inginkan di :
Buku tersebut berupa file ber-extension bok (.bok) dan langsung bisa dibaca dengan mendouble-klik file tersebut.


Link untuk mendownload Maktabah Syamilah: klik disini
     
     
READ MORE - Maktabah Syamilah

Wayang Durangpo Episode 116 " Raksasa tak Bernama dari "Harmoni "

  " Ditulis Oleh Sujiwo Tejo  
  Minggu, 06 November 2011
-----------------------------------------------

Ponokawan Petruk baru sekarang nyesel setengah mati. Ia getun kenapa kok ndak dari dulu-dulu menghayati lelakon wayang. Sudah berkali-kali ia ikut ndoro Arjuna, ndoro Bima dan lain-lain. Seperti Pak Menteri Purnomo Yusgiantoro yang ikut berbagai presiden. Awet. Nyeselnya, lha kok kini nggak ada yang nyantol jadi pangeling-eling.Image
    Pasalnya, anak Petruk yang masih taman kanak-kanak baru saja SMS, "Papi, gmn neh gw ditanya bu guru. Raksasa yang suka kamek orng trus dibunuh Bima tuh sapa?"
    "Gak tahu..." Petruk alias Kantongbolong SMS balik setelah sekian jam.
    "Lho, gmn sih, papi sendiri kan wayang. Masa' wayang g tw wayang...Papi jg g tw Pak De Gareng n Om Bagong kali ya?"
    Dari bilik dapur, Dewi Undanawati, isteri Petruk cuma bisa mengintip suaminya menepuk-nepuk kening. Dia tanya sebabnya Petruk tak menjawab. Terus saja kakak Bagong itu menepuk-nepuk batuk sambil geleng-geleng. 
    Isteri Petruk mulai curiga. Ia banting kiyai Hape sang misua itu hingga pyar jadi sewalang-walang. "Kelilip itu pasti mulai berani-berani lagi SMS-an ma suamiku," katanya dalam hati, dalam nafas yang makin memburu.
    Yang dimaksud kelilip siapa lagi kalau bukan seseorang di kampung sebelah, seorang penggemar wayang. Suaminya bekerja di kantor pajak. Sopir-sopir truk sampai Pak Camat bahkan Pak Bupati kabarnya sudah pernah melihat bagaimana gandes kewesnya kalau perempuan 30-an tahun itu pakai kebaya biru. Kabarnya ia menyukai lagu Harmoni-nya Pak SBY.

***
    Yuk, pindah ke tempat dan waktu lain.
    Menurut Bu Nunun, seorang psikiater, Kantongbolong tidak mengidap penyakit lupa seperti yang dulu pernah dideritanya. "Dulu pas kena tuduhan korupsi, aku langsung lupa semuanya. Pak Kantong ini lain," kata Bu Psikiater dalam jas dokter serba putih. "Pak Kantong tidak dituduh korupsi, tapi tahu-tahu lupa masa lalu...xixixixixi...."
    "Jadi? Saya sakit apa, dong, Bu Psiki?" Petruk penasaran.
    "Pak Kantong tidak sakit apa-apa. Cuma, Pak Kantong dulunya sebelum pensiun tidak bekerja dengan jiwa raga..."
    "Maksudnya, Bu Psiki?"
    Bu Nunun lalu menjelentrehkan tiga golongan pekerja. Pertama, orang yang ngasih waktunya ke kantor. Pas jam ngantor ya dia datang ke kantor. Waktunya diberikan ke kantor, tapi tenaganya tidak. Di kantor energinya habis untuk baca koran, ngobrol-ngobrol rerasanan, jualan barang-barang cicilan ke teman-teman kantor dan lain-lain.
    Golongan kedua. Nah ini dia... pekerja yang ke kantornya menghaturkan dua-duanya, waktu dan tenaganya. Tetapi jiwanya tidak. Hmmm...Pekerja jenis begini pas tiba hari Jumat, wuih, senengnya minta ampun, karena besoknya akan libur.
    "Saya termasuk golongan apa, Bu Psiki?"
    "Sorry to say, yang jelas Pak Kantong babar blas ndak termasuk golongan ketiga. Golongan ketiga ini memberikan waktu, tenaga sekaligus jiwanya untuk pekerjaan. Makanya Pak Kantong wes ewes ewes bablas ... lupa semua wis segala suka duka yang Sampeyan alami dulu waktu megawe di kantor Arjuna Travel ..."
    "Kok?"
    "Lho, kok, kok? Kan Arjuna kerjanya nyari wahyu atau apa kek..pokoknya kan jalan-jalan?
    "Hmmm...saya lupa, Bu Psiki. Tapi, ah, masa' saya bukan pekerja golongan ketiga?"
    "Yo wis. Sekarang kalau Pak Kantong tidak percaya, coba jawab pertanyaan aku. Hayo, siapa raksasa pemakan tumbal manusia yang dibunuh oleh Bima?"
    Hening.
    Dokter Nunung tersenyum.
***
    Sepulang dari psikiater Nunung Syaitonung, Petruk berusaha keras mengingat-ingat jawaban untuk pertanyaan sang anak. Adik Gareng ini tak bisa rundingan dengan istrinya untuk pancatan mengingat-ingat. Dewi Undanawati sudah melaksanakan pesan penyanyi Betharia Sonata untuk pulang ke rumah orangtuanya bersama anak.
    Menjelang lingsir wengi, Petruk ingat beberapa hari lalu baru saja ia sowan ke rumah mantan pejabat yang dipenjara karena korupsi. Hari itu akan diadakan penyambutan bebasnya sang pejabat. Ia dapat remisi hukuman. Undangan para warga sudah berdatangan, tahu-tahu acara batal lantaran kebijakan remisi dicabut oleh pamongpraja.
    Bukan kebijakan itu yang penting. Tapi lukisan di ruang tamu. Lukisan dominan merah itu menggambarkan Bima siaga berperang melawan raksasa pemakan tumbal manusia.
    Nah, Petruk njenggirat dari pembaringan. Kini ia eling sebelum pertempuran itu datanglah menghadap Dewi Kunti pasangan suami-istri petani. Kepada Ibu Bima mereka nangis-nangis sambat. Ooo, anaknya yang ontang-anting, alias anak satu-satunya, besok fajar mesti diantarnya ke mulut gua untuk pasugatan sang raksasa.
    Permintaan raksasa tak bisa disanggah. Warga hutan tak ada yang berani melawan raksasa itu. Apalagi, kabarnya aparat keamanan telah disogok oleh raksasa itu senilai 14 juta dolar Amrik, setara dengan bantuan Freeport kepada polisi.
    Petruk ingat, tanpa dijawil oleh Kunti, esoknya pagi-pagi mruput Raden Bima sudah mak pecungul di mulut gua. "Yang bener itu Kanjeng Nabi Ngribahim, yang dikorbankan adalah kesayangannya sendiri. Tapi lihatlah kelakuanmu. Kamu mengorbankan milik orang lain, yang kamu sendiri tidak menyayanginya," geram Bima sebelum bertempur dan berhasil membunuh si raksasa.
    Raksasa itu tergeletak. Tapi, waduh, siapakah namanya? Petruk kembali menepuk-nepuk keningnya, malah sekarang membentur-benturkan kepalanya ke dinding.
***
    Semua hal ada saatnya. Hari ini, selain saat banjir di lain-lain alam, juga saatnya Dewi Undanawati menyadari kekeliruannya soal kiyai Hape dan SMS. Ia, sambil menuntun anak, pulang ke suaminya. Di tengah pematang sawah ia berpapasan perempuan kebaya biru. Tak hanya menyapa, bahkan Dewi Undanawati kini ramah luar biasa.
    "Eh, Tante, dulu kan ada raksasa suka makan manusia, ya? Tumbalnya orang. Namanya?" si anak nyeletuk.
    "Oooo itu gampang, Sayaang...Namanya Dityo Kolo Freeport...Namamu siapa, Nduk?"
READ MORE - Wayang Durangpo Episode 116 " Raksasa tak Bernama dari "Harmoni "

Biografi Ibnu Battuta - Penjelajah Muslim

Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim al-Lawati atau Shams ad - Din atau lebih dikenal orang dengan nama Ibnu Battuta lahir pada 24 Februari 1304 M (723 H) di Tangier Maroko. Ibnu Battuta dikenal karena petualangannya mengelilingi dunia. Hampir 120.000 kilometer telah ditempuhnya selama rentang waktu 1325-1354 M atau tiga kali lebih panjang dari jarak yang telah ditempuh oleh Marco Polo. Seluruh catatan perjalanan dan pengalaman Ibnu Battuta selama pengembaraan ditulis ulang oleh Ibnu Jauzi seorang penyair dan penulis buku kesultanan Maroko.

Ibnu Jauzi menuliskannya berdasarkan paparan lisan yang didiktekan langsung oleh Ibnu Battuta. Penulisan buku ini diprakarsai oleh Sultan Maroko saat itu, Abu Inan. Buku ini disusun selama dua tahun dan diberi judul "Tuhfat al-Nuzzar fi Ghara’ib al-Amsar wa-’Aja’ib al-Asfar" atau lebih dikenal dengan "Rihla Ibnu Battuta".

Pada usia sekitar dua puluh tahun, Tujuan awal perjalanan Ibnu Battuta adalah menunaikan ibadah haji pada tahun 1325 M, tetapi tujuan awalnya itu telah membawanya menuju penjelajahan 30 tahun yang gemilang. Perjalanan awal Ibnu Battuta di mulai dari Tangier menuju Mekkah. Untuk Menghindari berbagai resiko buruk seperti diserang perampok, selama perjalanan Ibnu Battuta bergabung dengan kafilah yang akan menuju Mesir. Bersama Kafilah itu, Ibnu Battuta dengan menyusuri hutan, bukit dan pegunungan bergerak menuju Tlemcen, Bejaia lalu kemudian tiba di Tunisia dan tinggal di sana selama dua bulan.

Dari Tunisia, Ibnu Battuta dan rombongan kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Libya. Sejak meninggalkan Tangier hingga Libya Ibnu Battuta telah menempuh perjalanan darat sejauh hampir 3.500 km melintasi Afrika Utara. Delapan bulan sebelum musim ibadah haji dimulai Ibnu Battuta memutuskan untuk mengunjungi Kairo. Pada tahun 1326 M, Ibnu Battuta dan rombongannya tiba di Pelabuhan Alexandria di ujung barat delta sungai Nil. Ibnu Battuta sangat terkesan melihat pelabuhan Alexandria dan menurutnya Alexandria adalah satu dari lima tempat paling menakjubkan yang pernah dia kunjungi. Saat itu Alexandria merupakan pelabuhan yang sangat sibuk dengan berbagai aktifitas dan berada di bawah kendali Kerajaan Mamluk.

Setelah beberapa pekan di Alexandria lalu Ibnu Battuta singgah di Kairo beberapa saat dan langsung melanjutkan perjalanannya ke Damaskus dengan pengawasan ketat dari Kerajaan Mamluk. Di Damaskus Ibnu Battuta menghabiskan bulan Ramadhan dan menggunakan waktunya untuk belajar, bertemu dengan beberapa guru, orang-orang terpelajar dan para hakim setempat. Selama 24 hari di Damaskus, kemudian Ibnu Battuta melanjutkan perjalanannya ke Mekkah melalui Jalur Suriah. Sepanjang jalur itu Ibnu Battuta banyak mengunjungi tempat-tempat suci. Al-Khalil (Hebron), Al-Quds (Jerusalem), Bethlehem adalah beberapa tempat yang dikunjunginya. Selama seminggu di Jerusalem, Ibnu Battuta mengunjungi Masjid Al-Aqsa dan Kubah Batu.

Menjelang musim haji dimulai dan setelah bulan ramadhan selesai, Ibnu Battuta meninggalkan Damaskus dan bergabung kembali dengan rombongan haji lainnya untuk melanjutkan perjalanannya ke Madinah. Di bawah pengawasan Kerajaan Mamluk yang menjamin keamanan para jemaah haji, maka Ibnu Battuta dan rombongannya dapat tiba di Madinah dengan selamat. Setibanya di Madinah Ibnu Battuta tinggal selama empat hari lalu bergegas menuju Mekkah untuk melaksanakan ibadah hajinya. Setelah menyempurnakan ritual hajinya, Ibnu Battuta tidak pulang ke Tangier tetapi dia memutuskan untuk melanjutkan pengembaraannya ke Irak dan Iran.

Setelah pengembaraannya dari Irak dan iran, Ibnu Battuta kembali lagi ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah Hajinya yang kedua. Garis besar perjalanan Ibnu Battuta berawal dari Maroko menuju Aljazair, Tunisia, Mesir, Palestina, Suriah dan tiba di Mekkah. Setelah mengembara ke Irak, Shiraz dan Mesopotamia Ibnu Battuta melaksanakan ibadah haji yang kedua dan tinggal di Mekkah selama tiga tahun. Kemudian dia pergi ke Jeddah dan melanjutkan perjalanan ke Yaman melalui jalur laut kemudian singgah di Aden dan meneruskan perjalanannya ke Mombasa Afrika Timur.

ibnu battuta, biografi, penjelajah dunia
Pada tahun 1332 setelah dari Kulwa, Ibnu Battuta pergi ke Oman melalui Selat Hormuz, Siraf, Bahrain dan Yamama untuk kembali melaksanakan ibadah haji di Mekkah. Setelah itu Ibnu Battuta memutuskan untuk pergi ke India melalui Jeddah, namun dia berubah pikiran dan memutuskan untuk kembali mengunjungi Kairo, Palestina dan Suriah.Setibanya di sana, Ibnu Battuta melanjutkan kembali perjalanannya ke Asia Kecil (Aleya) melalui jalur laut menuju Anatolia dan meneruskan petualangannya dengan melintasi laut hitam.

Setelah beberapa lama dan berada dalam perjalanan yang penuh bahaya, akhirnya Ibnu Battuta tiba di Turki melalui Selatan Ukraina. Ibnu Battuta kemudian meneruskan penjelajahannya ke Khurasan dan mengunjungi kota-kota penting seperti Bukhara, Balkh, Herat dan Nishapur. Ibnu Battuta melintasi pegunungan Hindukush untuk tiba di Afghanistan untuk selanjutnya masuk ke India melalui Ghani dan Kabul.

ibnu battuta, biografi, penjelajah dunia
Dia terus menyusuri Lahri (dekat Karachi Pakistan), Sukkur, Multan, Sirsa dan Hansi akhirnya Ibnu Battuta tiba di Delhi. Selama beberapa tahun di sana Ibnu Battuta disambut keramahan Sultan Mohammad Tughlaq. Setlah kunjungannya di Delhi Ibnu Battuta kembali meneruskan perjalanannya melewati India Tengah dan Malwa kemudian dia menggunakan kapal dari Kambay menuju Goa.

Setelah mengunjungi banyak tempat sebelumnya, kemudian Ibnu Battuta tiba di Pulau Maladewa melalui jalur Pantai Malabar dan selanjutnya terus menyeberang ke Srilanka. Ibnu Battuta masih terus melanjutkan penjelajahannya hingga mendarat di Coromandal dan kembali lagi ke Maladewa hingga akhirnya dia berlabuh di Bengal dan mengunjungi Kamrup, Sylhet dan Sonargaon dekat Dhaka.

ibnu battuta, biografi, penjelajah dunia
Ibnu Battuta berlayar sepanjang Pantai Arakan dan kemudian Ibnu Battuta tiba di Aceh, Indonesia. tepatnya di Samudera Pasai. Di sana Ibnu Battuta tinggal selama 15 hari dan berjumpa dengan Sultan Mahmud Malik Zahir. Setelah kunjungannya di Aceh Ibnu Battuta lalu meneruskan perjalannya ke Kanton lewat jalur Malaysia dan Kamboja. Setibanya di Cina, Ibnu Battuta terus berpetualang ke Peking melalui Hangchow. Setelahnya Ibnu Battuta kemudian kembali ke Calicut dan dengan menggunakan kapal dia tiba di Dhafari dan Muscat untuk meneruskan perjalanan kembali ke Iran, Iraq, Suriah, Palestina dan Mesir lalu kembali beribadah haji untuk yang ketujuh kalinya di Mekkah pada November 1348 M. Setelah ibadah haji terakhirnya itu Ibnu Battuta pulang ke kampung halamannya, Fez. Namun, perjalanannya tidak berhenti sampai di sana, setelah pulang ke Fez, Ibnu Battuta kembali mengembara ke negeri muslim lainnya seperti Spanyol dan Nigeria melintasi gurun sahara.

Tahun 1369 pada usia 65 tahun Ibnu Battuta meninggal dunia.12 tahun setelah dia selesai menulis rihla. Ibnu Battuta meninggalkan warisan berharga bagi dunia berupa catatan perjalannya yang akan selalu dikenang oleh umat manusia.
READ MORE - Biografi Ibnu Battuta - Penjelajah Muslim
 

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.