Pages

Recent Post

Slider

Fashion

Sastra dan Syair Al-Qusyairy


Al-Qusyairy, seperti yang disebutkan oleh as Subky, adalah ahli bahasa dan sastra, seorang pengarang dan penyair. Pada masa kecilnya al-Qusyairy telah mempelajari bahasa Arab dan sastra, sehingga dikenal pula sebagai penyair yang hebat
dan cemerlang. Ali al-Bakhrazy menyebutkan dalam Dimyatul Qashr, mengutip sebagian syairnya, dan menyebut nyebut kebesarannya.
Sebenarnya, dunia tasawuf lebih dominan dibanding kepenyairannya. Anda tidak melihat dalam syair syairnya kecuali mengenai syair tharikat dengan untaian bahasa yang lembut nan indah. Kami sebutkan di antara syairnya yang kami kutip dari Thabaqat asy Syafi'iyah adalah:

Wahai Dzat Yang membuat syukurku menjadi pendek dari kekokohan-Nya,
Setiap bibir kelu bila menjunjung keluhuran-Nya Sedang kemurahan-Nya, Tunggal tiada serupa Melampaui waktu, yang berlalu maupun yang akan tiba
Tiada abad yang meninggalkan-Nya
Tiada paksa yang menyentuh Nya
Tiada singkap yang menampakkan Nya
Tiada tirai yang menyembunyikan-Nya
Tiada jumlah yang mengumpulkan-Nya
Tiada kontra yang menghalangi Nya
Tiada batas yang memotong Nya
Tiada tetes yang melimpahi Nya
Tiada jagad yang membatasi Nya
Tiada mata yang memandang Nya
Dan tiada dalam angan yang dilihat
untuk menyamai Nya
Keagungan Nya Azali
Tiada sirna Nya

Kerajaan Nya abadi
Tak satu pun dibutuhkan Nya.

Beliau juga bersyair:
Jauhkan padaku hitam legam wahai sahabatku
Bacakan surat surat doa padaku
Benar telah kami jawab bagi perintang akal penuh kepatuhan
Dan kami tinggalkan ucapan Salma dan Maya
Dan kami membuka lebar bagi pematuh syariat
Kami anjurkan pematuh hawa nafsu agar melipat dirinya.

Syairnya lagi:
Jangan tinggalkan bakti pada orang tua, ketahuilah
Pada keluarga kecil
ada yang terkecil
Raihlah orang yang di sebelah kanannya
bakal kau pegang tangan kanan
Engkau lihat yang kiri di sebelahnya
Engkau raih tangan kirinya.

Syairnya yang lain:
Bila musim memberimu dengan kesedihan
Katakanlah, dengan penghinaan yang menakutinya
Sejenak akan tampak maunya
Dan selesai setiap urusannya
Allah meminumkan pada waktu ketika aku menyepi dari wajahmu
Sedang sirnanya cinta di taman sukaria tertawa
Kami menghuni masa
Sedang mata terasa sejuk
Suatu hari jadilah ciumanmu
pelupuknya.

Pada bait lain:
Bila engkau sesaat bersama kami tidaklah engkau bersama kami
Engkau saksikan ketika pamit berpisah
Engkau yakin di antara tetesan air mata penuh ungkapan kata kata
Engkau pun tahu di antara kata kata pun penuh air mata.

Syairnya pula:
Bila keadaan keadaan jiwa menolongmu
Intailah akan sirnanya
Itu pun tak lebih dari missal pengalaman yang diberikan
Bila ucapan ucapan busuk menuju padamu
Maka, busungkan luasnya dada yang tercambuk
Dan, bersabarlah.
READ MORE - Sastra dan Syair Al-Qusyairy

Mutiara Lima Kata


Rasulullah saw. bersabda:
Orang yang memandang rendah lima Manusia
ia merugi akan lima hal
memandang rendah Ulama, rugi tentang agama
memandang rendah Penguasa, rugi tentang dunia
memandang rendah Tetangga, rugi akan bantuannya
memandang rendah Saudara, rugi akan darmanya
dan memandang rendah Keluarga,
rugi akan harmonisnya

Rasulullah saw. bersabda:
Akan datang suatu masa
dimana ummatku mencinta lima
hingga mereka lupakan lima
cinta dunia, lupa alam baka
cinta tanah subur, lupa alam kubur
cinta harta benda, lupa hisab amalnya
cinta anak istri, lupa bidadari
dan cinta diri sendiri, lupa pada Ilahi

Rasulullah saw. bersabda:
Allah berikan lima upaya
dan disediakan-Nya imbalan lima
Allah ajari insan bersyukur
dan Dia berikan tambahan makmur
Allah ajari insan berdoa
dan Dia jamin akan ijabahnya
Allah ajari insan bertobat
dan Dia jamin diterima tobatnya
Allah ajari insan istighfar
dan Dia sediakan pengampunannya
Allah ajari insan berderma
dan Dia bersedia membalas dermanya

Abu Bakar r.a. berkata:
Ada lima kegelapan dan lima penerangnya
Kegelapan pertama cinta harta,
penerangnya dengan bertakwa
Kegelapan kedua laku maksiat,
penerangnya dengan bertobat
Kegelapan ketiga di alam kubur,
penerangnya dengan berdzikir
Kegelapan keempat alam akhirat,
penerangnya dengan bertaat
Kegelapan kelima jembatan shirath
penerangnya dengan i’tiqad

Umar r.a. berkata:
Ada lima golongan penghuni surga
Orang fakir yang menanggung hidup keluarga
Istri yang disayang oleh suaminya
Anak yang diridhai kedua orangtuanya
Calon istri yang mendermakan mahar kepada suaminya
dan orang mukmin yang selalu bertobat pada Tuhannya

Utsman r.a. berkata:
Tanda-tanda orang bertakwa,
ialah suka berteman insan beriman
mampu mengendalikan farji dan lisan
memandang kesukseksan sebagai suatu cobaan
memandang cobaan sebagai sebuah keberuntungan
dan mampu menjaga diri dari berlebih-lebihan

Ail r.a. berkata:
Seluruh manusia akan menjadi saleh
jika saja tak ada lima masalah
Tak ada kerelaan atas kebodohan
Tak ada keserakahan atas kekayaan
Tak ada rasa bakhil atas hartawan
Tak ada sifat riya’ bagi insan beriman
dan tak ada ilmuwan yang mendewakan karya pemikiran

Jumhur ulama menyatakan:
Allah muliakan Nabi akhir zaman
dengan lima macam keutamaan
tentang penyebutan, tentang anggota badan
tentang pemberian, tentang kekeliruan
dan tentang kerelaan
Perihal pertama, Allah tidak memanggilnya berdasar nama
perihal kedua, Allah Sendiri Yang ijabahi pintanya
perihal ketiga, Allah memberinya tanpa ia meminta
perihal keempat, Allah telah mengampuninya sebelum ia berbuat dosa
perihal kelima, Allah selalu menerima apa pun pemberiannya
READ MORE - Mutiara Lima Kata

LIBERALISME TERSELUBUNG HIZBUT TAHRIR

Di antara ciri khas pemikiran kaum libera ladalah menghilangkan otoritas ulama. Menurut kelompok liberal, kita tidak perlu taklid kepada para ulama. Mereka manusia, kami juga manusia dan sama-sama bisa berpikir. Mengikuti pendapat para ulama berarti pengebirian akal yang kami miliki. Demikian kaum liberal berpikir. Karenanya tidak aneh jika dalam setiap diskusi, baik yang bersifat polemis di media massa dan buku-buku, maupun diskusi dialogis dalam forum debat terbuka mereka menolak pendapat para ulama.

Sementara ciri khas kaum Muslimin Ahlussunnah Wal-Jama'ah adalah memberikan penghargaan yang tinggi terhadap para ulama serta otoritas penuh dalam penafsiran teks-teks keagamaan. Rasulullah saw bersabda,

"Para ulama itu pewaris para nabi". (HR. Ibn Asakir dan Ibn al-Najjar).

Apabila para ulama berposisi sebagai pewaris para nabi, tentu saja otoritas mereka dalam penafsiran teks-teks harus dijunjung tinggi dan diikuti oleh umat Islam. Dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda:

"Bukan termasuk golongan kami, orang yang tidak memberikan otoritas terhadap ulama di antara kami (laisa minna man lam yu'thi li'alimina haqqahu)". (HR. Ahmad dan al-Hakim dalam al-Mustadrak)

Dalam sebuah diskusi di Masjid al-Hikmah,Kesiman Denpasar Timur, beberapa waktu yang lalu, setelah saya memaparkan pandangan para ulama tentang suatu persoalan, seorang laki-laki Wahhabi dengan berapi-api berkata: "Kita harus mengikuti al-Qur'an dan Sunnah saja. Tidak perlu mengikuti ulama. Ulama belum tentu masuk surga." Demikian laki-laki Wahhabi tadi berbicara.

Pernyataan Wahhabi tersebut merupakan sebuah ajakan agar kita meninggalkan ulama. Memang pada dasarnya kaum Muslimin berkewajiban mengikuti al-Qur'an dan Sunnah. Akan tetapi, tidak mudah bagi setiap orang memahami pesan-pesan agama yang terkandung dalam al-Qur'an dan Sunnah. Oleh karena itu, al-Qur'an sendiri memerintahkan kaum beriman agar mengikuti petunjuk ulama dalam mengamalkan al-Qur'an dan Sunnah. Allah SWT berfirman,

"Bertanyalah kalian kepada ahli ilmu apabila kalian tidak tahu." (QS. 16 : 43).

Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan kita agar merujuk kepada ulama, bukan kepada pemahaman setiap orang. Seandainya para ulama itu tidak punya otoritas dalam memahami dan menafsirkan al-Qur'an dan Sunnah, tentu saja al-Qur'an akan memerintahkan kita agar berfikir dan membolak-bolak lembaran-lembaran al-Qur'an dan hadits. Akan tetapi tidak demikian. Allah SWT justru memerintahkan kaum beriman agar merujuk kepada ulama. Oleh karena itu, kaum Muslimin sejak dahulu kala mengikuti pola bermadzhab dalam mengamalkan ajaran-ajaran keagamaan. Karena tidak semua orang mampu memahami isi al-Qur'an dan Sunnah. Di kalangan sahabat Nabi saw saja, generasi terbaik umat Islam, hanya sekitar sepuluh orang sahabat yang diakui sebagai mujtahid muthlaq dan berfatwa dalam berbagai persoalan keagamaan. Sementara dalam soal-soal parsial, ada sekitar dua ratus orang yang mampu melakukannya. Jika para sahabat, murid baginda Rasulullah saw, hanya sedikit yang mampu berijtihad, tentu saja orang-orang seperti kita tidak akan mampuber ijtihad.

Oleh karena itu, para pakar bersepakat bahwa di antara ciri khas liberalisme adalah menolak otoritas ulama. Karena dengan penolakan tersebut akan melahirkan penafsiran yang sembarangan dan ngawur terhadap teks-teks agama. Lebih-lebih ketika penafsiran mereka dilatarbelakangi oleh motif hawa nafsu dan kepentingan pemikiran liberalisme.

Dewasa ini ada kelompok yang sangat militan,tetapi juga menyemaikan paradigma liberalisme tanpa sadar, yaitu kelompok Hizbut Tahrir. Meskipun secara lahiriah, HT selalu berseberangan dengan kaum liberaldi tanah air, tetapi sebenarnya paradigma liberalisme telah merasuki ajaran HT tanpa sadar dengan menghapus otoritas ulama. Penghapusan otoritas ulama telah dikatakan oleh pendiri HT, Syaikh Taqiyyuddin al-Nabhani dalam kitab al-Tafkir, hal. 149 sebagai berikut:

"Sesungguhnya seseorang apabila telah mampu melakukan istinbath, maka ia sudah menjadi mujtahid. Oleh karena itu sesungguhnya istinbath atau ijtihad itu mungkin dilakukan oleh semua orang dan mudah dicapai oleh siapa saja yang menginginkan lebih-lebih setelah buku-buku bahasa Arab dan buku-buku syari'at Islam telah tersedia di hadapan banyak orang dewasa ini".

Ajakan ijtihad oleh pendiri Hizbut Tahrir tersebut terhadap siapa saja yang ingin menjadi mujtahid, secara tidak langsung merupakan pembunuhan terhadap otoritas ulama yang ditetapkan oleh al-Qur'an dan Sunnah serta telah menjadi pola keagamaan kaum Muslimin sepanjang masa. Pembunuhan otoritas ulama berarti mengadopsi paradigma liberal secara kasatmata.

Karena itu, tidak aneh, jika kemudian kita dapati fatwa-fatwa HT yang menyimpang dari ajaran Islam, seperti membolehkan ciuman dengan wanita yang bukan muhrim, boleh menonton film porno, bahkan ada juga yang sempat berpendapat bahwa shalat, zakat dan kewajiban lainnya itu tidak wajib selama khilafah belum berhasil ditegakkan. Hal ini merupakan akibat pembukaan kran ijtihad seluas-luasnya oleh sang pendiri Hizbut Tahrir, yang merupakan ciri khas paradigma liberal.

Dalam berbagai tulisan, tidak aneh jika kita dapati anak-anak HT, yang sebelumnya malas belajar agama kepada para ulama, namun kemudian mereka menafsirkan teks agama dengan logikanya sendir serta idengan menolak penafsiran para ulama yang otoritatif dalam setiap bidangnya. Halini terjadi dalam penafsiran al-Qur'an, hadits dan hukum-hukum fiqih. Liberalisme dengan HT pada intinya tidak ada bedanya dalam paradigma pemikiran. Hanya saja, kaum liberal menolak otoritas ulama secara terang-terangan dan tidak sopan, sementara HT menolak otoritas ulama dengan terselubung dan tanpa sadar di belakang tameng terbukanya pintu ijtihad selebar-lebarnya kepada siapa pun. Wallahu a'lam.
READ MORE - LIBERALISME TERSELUBUNG HIZBUT TAHRIR

Obama Islam atau yahudi ?



Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, adalah seorang Nasrani. Pernyataan Gedung Putih ini menepis anggapan warga AS yang menduga keras Obama seorang muslim.
"Presiden jelasnya adalah seorang Nasrani. Dia berdoa setiap hari," kata juru bicara Gedung Putih, Bill Burton, Kamis 19 Agustus 2010.
Makin bertambahnya warga AS yang merasa bahwa Obama bukanlah seorang Nasrani diketahui dari hasil survei.
Menurut survei dari Pew Research Center dan Pew Forum on Religion & Public Life, jumlah responden yang menilai Obama adalah muslim kini sebanyak 18 persen dari total partisipan. Jumlah itu meningkat tujuh persen dari hasil survei Maret 2009.
Pada survei yang sama, jumlah respoden yang yakin bahwa Obama adalah umat Kristen kini hanya 34 persen, padahal tahun lalu sebesar 48 persen. Menariknya lagi, sebanyak 43 persen responden saat ini mengaku tidak tahu agama apa yang dianut Obama.
Survei Majalah Time/ABT SRBI, yang berlangsung 16-17 Agustus lalu, mengungkapkan bahwa 47 persen responden menganggap Obama adalah Nasrani, sedangkan 24 persen percaya dia Muslim, sedangkan 24 persen mengaku tidak tahu atau tidak memberi jawaban.
Menurut kalangan media massa di AS, pandangan respoden atas keyakinan Obama itu terkait dengan dukungannya atas pembangunan suatu masjid di kawasan Manhattan, New York. Saat mengadakan acara buka puasa di Gedung Putih, Jumat 13 Agustus 2010, Obama menyatakan bahwa Islam merupakan bagian dari Amerika dan umat Muslim berhak mendirikan tempat ibadah di manapun, termasuk di Manhattan.
Namun, kendati juga didukung oleh walikota New York, pembangunan masjid itu ditentang oleh sebagian publik dan kalangan politisi dari Partai Republik. Menurut mereka, pembangunan itu dibenarkan karena dekat dengan kawasan "Ground Zero. "Lokasi itu dulunya adalah kompleks menara kembar World Trade Center, yang hancur akibat serangan teroris al-Qaida pada Tragedi 11 September 2010, yang menewaskan sekitar 3.000 jiwa. 
Menurut pengamat, mereka yang tidak senang dengan dukungan Obama atas pembangunan masjid itu lalu mencoba menciptakan opini di kalangan masyarakat untuk mempertanyakan identitas dan latar belakang Obama.
"Situasi ini mencerminkan makin intensifnya pandangan negatif atas Obama dari kalangan pengritik," kata Andrew Cohut, direktur Pew Research Center.     
Presiden AS sejak 20 Januari 2009 ini memiliki latar belakang yang "warna-warni." Bernama lengkap Barack Hussein Obama, ayahnya adalah seorang Muslim asal Kenya dan ibunya adalah Nasrani Amerika.
Sejak kecil, Obama dibesarkan oleh ibunya, Ann Dunham, dan orang tua dari ibunya. Pada umur 6 hingga 10 tahun, Obama tinggal di Indonesia bersama dengan ibu dan ayah tirinya, Lolo Soetoro

READ MORE - Obama Islam atau yahudi ?
 

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.